Tugas 3: Literature Review pada Objek Desain
Jurnal 1
l Judul: PENERAPAN ANALISIS SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE DALAM PERTUNJUKAN
KETHOPRAK RINGKES
l Object: KETHOPRAK RINGKES
l Pendekatan/Metode: Metode Penelitian Kualitatif
l Analisis: Analisis Penanda dan Petanda:Menurut Ferdinand de Saussure (Fanani,2013), tanda hanya akan dapat merepresentasikan sesuatu jika si pembaca tanda memiliki kesamaan pengalaman atas tanda tersebut. Sebuah kata dapat memiliki makna yang beragam ketika berada di dalam lingkungan yang berbeda. Dibenarkan oleh Asriningsari (2010), bahwa proses signifikasi menghasilkan makna bagi penafsir yang berbeda tergantung pada konsep secara mental yang dimiliki penafsir mengenai tanda yang dihadapinya. Dalam kethoprak ini sudah dapat dipastikan bahwa lingkungan pendukungnya berlatar Jawa. Ditunjukkan dengan dialog yang memakai bahasa Jawa, juga interaksi pada penonton yang memakai bahasa Jawa.Signifikasi juga dilakukan pada salah satu lirik lagu pementasan ini. Cerita yang dibawakan sebenarnya mengisahkan tentang kisah cinta yang terpisahkan oleh restu orang tua. Pada awal pertemuan, Eng Tay menyamar menjadi laki-laki agar dapat bersekoah di Hang Cui. Sampek yang telah menolong Eng Tay agar terlepas dari perampok, diberi hadiah untuk bersekolah oleh Eng Tay. Keduanya bersama dalam satu kamar di asrama. Awalnya Sampek tidak tahu bahwa Eng Tay wanita, hingga pada suatu saat Sampek mengetahui Eng Tay adalah perempuan. Namun sayang, ayah Eng Tay tidak setuju karena strata sosial Sampek yang jauh di bawah Eng Tay. Lirik lagu dalam pementasan ini juga merepresentasikan cinta yang tidak dapat bersatu itu. “Tapi mengapa cinta itu terpisah oleh dinding yang membelah”, begitulah lirik lagunya. Dinding yang membelah dimaknai sebagai adanya keberjarakan antara keduanya, yakni strata sosial. Menyebabkan cinta keduanya harus berpisah. Beberapa kata di atas jika dimaknai secara gamblang tidak akan mencapai pada esensi yang ada dalam dialog. Pemaknaan kata-kata ini bersifat konvensional. Adanya makna muncul berdasarkan kesepakatan masyarakat yang menyepakati kata-kata di atas untuk makna tertentu. Bukan tidak mungkin bahwa kalimat kalimat tersebut bermakna lain jika berada di lingkungan yang berbeda.
l Analisis Sintagmatis-Paradigmatik:Sekedar kembali mengingat, bahwa hubungan sintagmatik adalah hubungan antara elemen yang hadir, sedangkan paradigmatik adalah hubungan antara elemen yang hadir dan tidak hadir. Seperti contoh pada dialog Suhu Cu yang sedang membicarakan mengenai siswanya yang selalu mendapat nilai 99. Kemudian dia mengkomparasikan dengan nilai siswa Demakijo yakni 403 dan siswa Pathuk yang mendapatkan nilai 25, 55, 75. Dalam dialog ini, ada relasi antara yang hadir (in present) ataupun yang tidak hadir (in absentia). Demakijo merupakan Markas Batalyon Infantri yang ada di Godean,Yogyakarta. Dalam dialog tersebut, hanya kata Demakijo 403 saja yang hadir, karena sedang disangkutpautkan dengan nilai. Sementara yang tidak hadir adalah Markas Batalyon Infantri. Jikalau penonton merupakan warga Yogyakarta atau yang sudah tahu, pasti akan ikut tertawa. Namun jika tidak tahu, pasti akan kebingungan.Tidak sampai di situ saja dalam memaknai suatu tanda, tetapi memerlukan proses seleksi dan kombinasi. Poros seleksi sama dengan poros paradigmatik, mengacu pada sinonim yang nantinya akan diseleksi. Poros kombinasi sama dengan poros sintagmatik yang mungkin saja mengubah makna tertentu pada kalimat. Dalam pertunjukan ini terdapat beberapa dialog yang dapat dimaknai dengan analisis sintagmatis paradigmatis. Analisis pada poros kombinasi dan poros seleksi memungkinkan lebih banyak pemaknaan. Dibantu dengan relasi antar tanda yang membutuhkan pemaknaan tersendiri melalui sebuah majas. Upaya pemaknaan ini bisa dilakukan dalam rangka mengedukasi khalayak umum tentang peran seni pertunjukan bagi masyarakat. Seni tradisi merupakan representasi dari kehadiran masyarakat, baik kehendak atau persoalan keseharian. Selain itu, seni tradisi menjadi pembimbing pergaulan bersama dalam masyarakat (Yudiaryani et al., 2018). Sama halnya dengan pertunjukan kethoprak ini yang menyampaikan persoalan keseharian dengan gaya banyolannya. Meski menggunakan bahasa primordial, nyatanya seni ini memang seni tradisi yang diperuntukkan bagi masyarakat sekitar.
l Kesimpulan:Pementasan Kethoprak Ringkes dengan judul “Sampek Eng Tay (Korban Multikrisis)”sarat dengan pemaknaan yang tidak bisa dimaknai begitu saja hanya dengan mendengar bunyinya. Penggunaan berbagai kosakata melibatkan sistem tanda dengan semiotika Saussure. Dalam memahami konteks pertunjukan memang tidak hanya sebatas linguistiknya saja,harus seperti teori Barthes yang memungkinkan hingga pada signifikasi tataran kedua. Tetapi pada artikel ini pemaknaan yang diinginkan memang sebatas dialog saja. Adanya teori Saussure ini membantu pengkajian terhadap dialog pementasan teater. Tidak terbatas pada analisis signifikasi saja, melainkan juga sintagmatis dan paradigmatik.Gaya banyolan Kethoprak Ringkes nyatanya banyak menggunakan relasi antara yang hadir dalam pertunjukan dengan relasi yang tidak hadir. Berkenaan dengan relasi yang tidak hadir,akan memunculkan makna tersendiri karena adanya konsep tertentu dalam suatu paradigma.yang sudah terbentuk. Pemilihan dialog-dialog yang ada pada pementasan ini ternyata juga dapat ditelaah melalui poros seleksi dan kombinasi yang memungkinkan adanya makna lain. Seperti pada penggunaan kalimat yang sebenarnya mengkomparasikan dua hal sekaligus. Gaya banyolan yang khas ini nyatanya dapat menunjukkan kegelisahan dan persoalan yang sedang terjadi di lingkungan masyarakat. Adanya seni tradisi ini hendaknya terus dilestarikan.Selain sebagai sarana hiburan masyarakat, juga edukasi perihal keseharian masyarakat. Bahkan pada beberapa pemaknaan, ternyata kata atau kalimat yang diucapkan merupakan kebiasaan atau aktivitas masyarakat. Ini menunjukkan bahwa edukasi tidak sebatas pada fungsi seni tradisi, tapi juga mengenai kebiasaan-kebiasaan yang ada.
Jurnal 2
l Judul: ANALISIS SEMIOTIKA STRUKTURALISME FERDINAND DE SAUSSURE PADA FILM
"BERPAYUNG RINDU"
l Object: Film Berpayung Rindu
l Pendekatan/Metode: Metode Penelitian Kualitatif
l Analisis: Berdasarkan hasil analsisis semiotika Ferdinad de Saussure terdapat tanda-tanda yang ditampilkan pada film web series “Berpayung Rindu”. Film ini tidak terlepas dari kemampuan sutradara dalam membaca situasi dan menyesuaikan dengan kondisi zaman. Film ini menampilkan beberapa adegan visual, dan teks yang memeliki makna pembelajaran dan pembentukan karakter terhadap seseorang. Berdasarkan uraian analisis yang telah disampaikan diatas mengenai film web series Berpayung Rindu dengan analisis semiotika Ferdinand de Saussure dapat ditarik sebuah kesimpulan mengenai penanda (Signifier) dan petanda (Signified) serta makna dari iklan tersebut yaitu film ini lebih mengarahkan ke pesan moral terlihat dari adegan per episodenya yang mana film ini mengisahkan sepasang suami istri yang berpisah karena perselingkuhan dan yang menjdai korban adalah sang anak yang akibatnya sang anak kehilangan kasih sayang salah satu dari orang tuanya yaitu seorang ibu
l Kesimpulan: Di film ini banyak sekali pesan-pesan yang terkandung mulai dari kita harus bisa menyayangi keluarga, menghindari sikap egois serta memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Makna dan representasi yang terkandung dari film ini yang dapat diambil sebagai pelajaran adalah keluarga adalah harta yang berharga. Film web series ini disajikan sebagai pembelajaran bagi orang tua khususnya orang dewasa yang menuju proses membina keluarga. supaya film yang bernilai edukasi bukan lagi dianggap suatu hal yang tabu, sehingga banyak masyarakat dapat menjadi lebih selektif untuk bahan tontonan dikalangan orang dewasa yang menuju proses membina keluarga secara mandiri dan membuka pemahaman yang lebih positif yang akan berdampak pada prilaku masyarakat tersebut.
Jurnal 3
l Judul: ANALISIS SEMIOTIKA FERDINAND DE SAUSSURE SEBAGAI REPRESENTASI
NILAI KEMANUSIAAN DALAM FILM THE CALL
l Object: FILM THE CALL
l Pendekatan/Metode: Metode Penelitian Kualitatif dengan menggunakan Analisis Semiotika
l Analisis: Ferdinand de Saussure karena teori ini memiliki penanda dalam pembedahan. Penerapan teori untuk analisis film “The Call” akan dilihat dari adegan, dialog dan setting. Menurut Saussure, spek lain dari penanda, yaitu niitos, yang artinya menandai suatu masyarakat dimana mitos tersebut terletak pada tingkat kedua dari penandaan. Setelah terbentuk system tanda (szgw) - penanda (signifier) - petanda (signified), tanda tersebut akan meiijadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. (Sumawijaya, 2008).Sesuai dengan pandangan semiotika Ferdinand. maka pada penanda dan petanda yang akan di bahas pada film Soegija adalah pada potongan-potongan scene yang sudah di pilih oleh peneliti. Nilai kemanusiaan direpresentasikan melalui adegan, dialog dan setting. Pertama nilai kemanusiaan di representasikan melalui adegan, adegan yang menggambarkan nilai kemanusiaan dalam scene yang telah dianalisis yaitu adanya rasa kepedulian terhadap sesama, dimana sosok Jordan yang memperhatikan warga yang sedang dalam keadaan danirat yang diculik menandakan bahwa Jordan memiliki rasa kepedulian pada sesama. Pada adegan juga memperlihatkan rasa peduli. Rasa keperdulian adalah salah satu cerminan rasa kemanusiaan. Pada adegan yang menandakan adanya rasa peduli dilihat dari adegan Jordan dimana ia berusaha untuk mengeralikan semua tenaganya untuk membantu Casey dari serangan penculiknya hal ini berarti seorang petugas telfbn damrat memiliki hati nurani dan rasa kemanusiaan juga. Dari kedua adegan tersebut merepresentasikan nilai kemanusiaan.Berikut kutipan dialog :
Casey : Tolong aku
Casey : Kumohon, aku tak mau mati
Jordan : Aku akan menolongmu, oke?
Jordan : Tidak akan ada yang mati.
Casey : Kau jaiiji? Kau jaiiji akan menemukanku?
Jordan : Aku berjaiiji akan menemukamnu, sayang. Oke?
Dialog tersebut memperlihatkan Jordan ikut memikirkan warga yang dalam keaadaan darurat, hal ini mencerminkan dialog Jordan peduli atas keselamatan warganya. Dalam dialog juga tercermin rasa keperdulian.
l Kesimpulan:
A.Penanda
Penanda dalam semiotika ini dikemukaan oleh Ferdinand De Saussure dilihat sebagai bentuk atau wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur. Makna petanda yang dapat diambil dari tujuh scene yang telah dianalisis melalui adegan, dialog, dan latar adalah gambaran tentang seorang operator darurat yang dituntut untuk bisa menyelamatkan masyarakatnya yang membutulikan pertolongan dengan segala macam solusi..
B.Petanda
Petanda dalam semiotika ini dikemukaan oleh Ferdinand De Saussure dilihat sebagai makna yang terungkap melalui fungsi dan nilai-nilai yang terkandung di dalam karya arsitektur. Tokoh seorang pelayan operator darurat yang memperlihatkan keperdulian, rasa cinta, tolong menolong kepada orang yang tidak ada hubungan keluarga, bukan seorang teman akan tetapi bisa berjanji dan menepatinya untuk menyelamatkan. Inilah yang termasuk nilai kemanusiaan yang terkandung dikaitkan dengan dialog, adegan, dan latar dalam film ini.
C.Nilai Kemanusiaan
Berdasarkan analisis semiotika Saussure, terdapat representasi nilai kemanusiaan yang diproyeksikan melalui adegan, dialog, dan latar. Adapun nilai kemanusiaan yang tampak pada film The Call ini adalah :
l Kepedulian terhadap sesama manusia
l Rela berkorban demi keselamatan masyarakat
l Tolong-menolong bekerja sama di tengah kesulitan
l Menempatkan kepentingan masyarakyat di atas kepentingan pribadi.
Objek Desain
Anime Initial D inilah yang membuat saya tertarik di Industri Kreatif karena pada awalnya saya menonton anime ini hanya karna saya suka otomotif terutama otomotif roda 4 namun setelah saya menonton anime ini saya mulai sadar akan realita hidup ini bahwa saya tidak memiliki kemampuan untuk memodifikasi atau bahkan membuat mobil-mobil yang ada didalam anime Initial D nah maka dari itu karna saya saat itu sekolah di SMK jurusan Multimedia saya akhirnya menyadari bahwasanya saya tidak bisa memodifikasi mobil-mobil tsb akan tetapi saya bisa membuat Citra dari mobil-mobil yang ada didalam anime tsb.maka pada saat itu saya mulai tertarik di Industri Kreatif ini.
Metode/Pendekatan: Metode Kualitatif
Analisis: Berdasarkan cerita dari pengalaman saya diatas dapat dihubungkan dengan konsep Penanda (Signifier) dan Petanda (Signified) didalam teori semiotika yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure.Signifier adalah bentuk fisik atau material dari tanda, sedangkan Signified adalah konsep atau ide yang direpresentasikan oleh signifier.Dalam hal ini, Signifier adalah Anime Initial D yang saya tonton dan Signified adalah ketertarikan saya terhadap industri kreatif.yang sebelumnya hanya tertarik pada satu bidang saja yaitu dibidang otomotif roda 4
Kesimpulan: Bahwa ketika kita bisa peka dalam melihat Tanda-Tanda yang terjadi di sekeliling kita maupun didalam hidup kita kita pasti akan selalu mendapatkan kesempatan dalam mewujudkan segala keinginan yang kita inginkan hanya mungkin saja melalui cara yang berbeda dari yang kita bayangkan/ekspektasikan
Komentar
Posting Komentar